MASJID merupakan tempat ibadah umat Islam. Namun tak jarang sebuah masjid memiliki nilai-nilai mistis yang dipercayai kesakralannya. Di antara sekian ratus masjid di wilayah Purworejo, salah satu yang memiliki nilai mistis adalah masjid Desa Jenar Kidul, Purwodadi. Masyarakat setempat mempercayai tempat ibadah di desa tersebut sebagai masjid tiban. Warga mengartikan tiban karena menganggap datang dengan sendirinya. Kepala Desa Jenar Kidul soekamto membenarkan cerita legenda tentang asal muasal masjid di desanya yang konon merupakan masjid tiban. Bahkan, katanya, tiangnya terbuat dari tumpukan tatal atau pasahan kayu. Namun Kades tidak memberikan cerita di balik masjid tersebut secara terperinci. Berdasarkan beberapa catatan, masjid itu diperkirakan berdiri tahun 1478. Melihat usianya, tidak mengherankan kalau di masjid itu banyak ditemukan benda-benda purbakala. Beberapa benda purbakala tersebut hingga kini terawat rapi di dalam dan sekitar masjid. Cerita yang berkembang, selain memiliki beberapa benda purbakala, konon air sumur di masjid itu mampu menghilangkan berbagai penyakit. Kabarnya pernah terjadi seorang balita jatuh tercebur ke sumur masjid dengan kedalaman air sekitar dua meter. Anehnya, anak itu selamat bahkan tubuhnya tidak kemasukan air. Kisah lain, tahun 1980 warga menemukan batu prasasti di salah satu tembok bagian atas sebelah selatan masjid. Batu yang diberi nama Prasasti Sipater itu semula untuk ganjal antara kayu atap dan tembok. Pada prasasti tersebut ada tulisan berbahasa dan aksara Jawa kuno. Prasasti itu dibuat pada zaman pemerintahan Rake Watukura Dyah Balitung. Saat ini Prasasti Sipater disimpan di Museum Tosan Aji Purworejo. Di antara benda purbakala yang ada di tempat ibadah itu, masih ada lagi peninggalan sejarah yang tak ternilai harganya. Yaitu gapura di depan masjid yang batu batanya direkatkan hanya dengan tanah. Karena sudah aus dimakan usia, gapura itu direhabilitasi pada Februari 1991. Peninggalan lain berupa batu hitam di sebelah selatan masjid. Selain itu, ada kolam bundar dari jambangan tanah yang diberi nama kolah Al-Musyaffa yang berarti kolam pengobatan. Karena dipercayai ada tuahnya, kolam itu lalu dipugar dan disemen tanpa mengurangi bentuk aslinya. Saka Guru Yang tak kalah nilai sejarahnya adalah empat saka guru yang konon terbuat dari tatal kayu jati lalu diikat dengan lempengan besi. Model saka guru itu mirip saka guru Masjid Demak. Pada empat umpak di masjid itu juga tertera nomor purbakala. Legenda lain, konon beduknya dibuat dari batang kayu jati yang merupakan sisa kayu untuk beduk Pendawa yang kini berada di Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo dan merupakan beduk terbesar di dunia. Imam Masjid Tiban Jenar Kidul Muhammad Djalal Sujuti BA menyatakan tidak tahu persis kapan berdirinya tempat ibadah tersebut. Namun dia mengatakan, berdasarkan cerita yang sudah ada, konon ketika Walisanga membangun Masjid Demak, saat para wali beristirahat, bayangan Sunan Kalijaga yang disebut Syeh Udan Baring pergi ke suatu tempat, yakni di wilayah Jenar Kidul yang masih berupa hutan lebat. Di tempat itulah Syeh Udan Baring membangun masjid yang oleh penduduk disebut masjid tiban. Disebut masjid tiban, menurut versi imam masjid, karena ketika itu ada kemudahan-kemudahan dalam pembangunannya. Sejak itulah masyarakat sekitar berbondong-bondong menunaikan ibadah salat. Menurut imam masjid, pada zaman Belanda dulu khususnya setiap bulan Syaban di halaman tempat itu ada pasar tiban. Warga beramai-ramai mendapatkan air untuk penyembuhan. Bahkan ada yang berkeinginan mencari jodoh. Dalam perkembangannya, kendati kemajuan zaman telah begitu cepat, kepercayaan tuah air dari masjid itu masih tetap terpelihara. Konon banyak orang yang menderita penyakit setelah meminum air dari kolam tersebut sembuh. ''Mungkin karena kandungan mineralnya cukup tinggi hingga mampu menghilangkan penyakit,'' ujar imam masjid itu.
Generasi Muda Remaja Masjid Tiban Jenarkidul



Tidak ada komentar:
Posting Komentar